Rabu, 26 April 2017

Rijoq Tonau

Nama/NIM     : Yuni Suryanita/1614015002
Prodi/Matkul : Sastra Indonesia-A/Tradisi Sastra Nusantara

Setelah proklamasi walaupun baik secara legal formal maupun faktual yang dipakai sebagai bahasa nasional dan bahasa negara adalah bahasa Indonesia, tetapi bahasa-bahasa daerah yang masih di pakai oleh rakyat daerah yang bersangkutan oleh negara tetap dihormati dan dipelihara. Kebijakan ini seperti tercantum dalam penjelasan UUD 1945 pasal 36 yang berbunyi :
            Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik (misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura, dan sebagainya) bahasa-bahasa itu akan dihormati dan di pelihara oleh negara.
            Bahasa-bahasa itupun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup (Marsono, 2011 : 11).

Nyanyian Rakyat (Folksongs), menurut Jan Harold Brunvand, nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklore yang terdiri dari kata-kata dan lagu, yang beredar secara lisan secara kolektif (secara bersama) tertentu, berbentuk tradisional, serta banyak mempunya varian.  Nyanyian rakyat berasal dari bermacam-macam sumber dan timbul berbagai macam media. Seringkali nyanyian rakyat dipinjam oleh pengubah profesional menjadi lebih menarik, tetapi indentitas folkloritasnya masih dapat kita kenali karena masih ada varian folklorenya yang beredar dalam peredaran lisan (oral transmission). Folklore lisan dalam nyanyian rakyat kata-kata dan lagu (nada) merupakan dwitunggal yang tak terpisahkan, sebab identitas folklore yang menentukan kriteria khas yang dimiliki adalah nada/lagu dan sajak. Bisa saja memiliki nada yang sama tetapi kata-kata yang berbeda, hal ini yang menentukan indentitas folklorenya. (Brundvand, 1986:130), (Danandjaja, 2007:141), (http://kbbi.web.id/kolektif).
Golongan Nyanyian Rakyat menurut Brundvand : a. Nyanyian rakyat yang berfungsi, b. Nyanyian rakyat yang bersifat liris, c. Nyayian rakyat yang berkisah. Tetapi, dari ketiga golongan yang ada, yang paling menonjol adalah fungsi kreatif atau mengandung daya cipta yang mampu menghibur, merenggut kebosanan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dari kesukaran hidup, maupun sebagai proses argumen emosional masyarakat mengenai ketidakadilan dalam masyarakat, negara dan dunia (Brundvand, 1986:136-144), (Danandjaja, 2007:146-153), (http://kbbi.web.id/kreatif).

Nyanyian Rakyat dari Bahasa Suku Dayak Dialek Tunjung (Tonyoi)

Nyanyian Rakyat pada Suku Dayak Tunjung ialah be-rijoq, dalam arti berbalas-balasan pantun dengan dialek bahasa dayak dan bercerita tentang kehidupan sehari-hari masyarakat. Nyanyian rakyat suku Dayak Tunjung termasuk golongan narative atau narasi, meceritakan argumen emosional untuk penghiburan dan juga informasi kehidupan sehari-hari masyarakat.
Rijoq, keberadaanya pertunjukan  kesenian traditional  nyanyian rakyat  suku Dayak dengan dialek Tunjung. Rijoq memiliki fungsi sebagai media hiburan pada aktivitas harian masyarakat yang sangat di gemari hingga kini oleh masyarakat suku tersebut. Kesenian rijoq sebagai tempat ekspresi bagi masyarakat dayak tonyoi, dan tak khayal juga sebagai sarana komunikasi kepada leluhurnya, wahana penyampaian pesan nilai-nilai dan kontrol sosial dari syair-syair kesenian rijoq tercermin pula adat istiadat dayak tonyoi seperti keterikatan roh leluhur dengan masyarakat yang masih hidup didunia, nyanyian rijoq yang semula kelihatan sangat sederhana ternyata mengandung konvensi musikal yang kompleks dan dipatuhi dalam setiap penyajian.
Sumber lagu dan lirik Tonau; youtube https://youtu.be/fxdtaE-2nfs?t=129
Tonau
Mutn usur kabut-kabut
Sooq calatn kekaat makaat
Nameq bekab besiiq bincakng
Waweeq lihaaq empeeq umaaq
Nyetikap amuh tangkap
Perawaat kabatn samaan
Ngaq umaq taotn asakng ehau
Neaau taotn ulant merikng nyahuu
Tonau tonau
Betangkap asakng ehau
Tonau tonau
Betangkap samer sepekat
Sempekat masyarakat
Boteq ohai boteq tawaq
Taq itiit samaaq keliit
Samaaq rasaaq samaaq kasaaq
Nyetikap amuh tangkap

            Royong

Embun pagi kabut-kabut
Sudah berangkat ke ladang
Bawa bekal peralatan kerja
Wanita pria sampai ladang
Cepat-cepat selesaikan pekerjaan
Membantu handal taulan
Membuka ladang hati senang
Lihat tahun bulan isyarat alam
Royong-royong
Bekerja hati senang
Royong-royong
Bekerja sambil sepakat
Sepakat masyarakat
Jangan kurang jangan hilang
Yang kecil sama sedikit
Sama rasa sama merasa

Dalam penulisan nyanyian rakyat saya mengangkat nyanyian rakyat rijoq tonau nyanyian yang mengekspresikan tentang masyarakat yang bergotong royong untuk menanam padi di ladang. Rijoq Tonau memiliki pemahaman idealisme “..mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat di pahami kaitannya dengan jiwa dan ruh. ..realitas ini terdiri atas ruh-ruh (sukma) atau jiwa, ide-ide dan pikiran atau sejenis dengan itu. ..penting dalam perkembangan sejarah pemikiran manusia” (Maksum, 2015:361).
Paham idealisme sangat berkaitan dengan nyanyian rakyat Rijok Tonau, “Wanita pria sampai ladang, Cepat-cepat selesaikan pekerjaan, Membantu handal taulan, Membuka ladang hati senang, Lihat tahun bulan isyarat alam, Royong-royong”. Arti taulan atau menaul dalam sajak rijoq tonau adalah menambat atau meletakan sesuatu, sesuai dengan nyanyian mendeskripsikan tentang masyarakat yang sedang bergotong-royong menanam padi di ladang dengan menambat bibit padi ke tanah secara bersama-sama. Dalam sajak ini, kesamaan gender sama-sama melakukan pekerjaan ke ladang, dengan emosional positif yang di terima sebagai rasa wujud apresiasi emosional gender tersebut. Mereka melakukan aktivitas tersebut dengan melihat tahun dan bulan untuk menghitung hasil mereka tanam dan tuai dengan cara bekerja sama.

Peran masyarakat saat itu sudah dapat menyadari kebahagiaan atau rasa emosional mereka akan di dapat melalui proses apa yang telah mereka lakukan. Hal ini yang membetuk sejarah pemikiran manusia pada zaman itu, bahwa tubuh bisa bahagia bila kita melakukan aktivitas hakikat dunia dengan bergotong-royong mendapatkan hasil yang cepat. Dan cara mengucapkan rasa syukur mereka terhadap alam yaq dengan berijoq, mengirim komunikasi pada leluhur tentang sejarah pertumbuhan pemikiran mereka yang berkembang dan berlanjut. Sehingga masuklah paham idealisme dalam nyanyian rakyat rijoq tonau.

Nyanyian rakyat memang bukti kesenian daerah dalam berbahasa, pemikiran/paham, ilmu antropologi, satra dan etnomusikologi yaitu study musik dari aspek oral, aspek sosial, kultural, psikologi. Zaman lah yang menentukan revolusi kesenian, tercipta revelitas yang tidak relevan dengan zaman prasejarah hingga terjadinya sejarah. Hal ini yang menimbulkan konflik pro-kontra salah-satunya dalam pemikiran idealisme pada nyanyian rakyat ini, yang berbeda pandangan dengan paradigma era globalisasi. Sekarang kita harus bertindak dalam menelaah esensi kesenian rakyat yang memiliki estetika tersendiri, memilah mana yang benar mana yang tidak, sebab kita sudah memiliki kepercayaan masing-masing. Dan tujuan kita adalah menikmati budaya yang ada, bila tidak sesuai dengan budaya yang ada sekarang, kita lah yang pintar-pintar menyesuaikannya.


Sumber refrensi


Asito Wojow S.1999.Kamus Bahasa Indonesia. Malang:C.V.Pengarang.
Danandjaja, James.2007.Folklore Indonesia; Ilmu gosip,dongeng,dan lain-lain.Jakarta:Grafiti.
Maksum, Ali.2015.Pengantar Filsafat.Depok:AR.RUZZ-MEDIA.
Marsono.2011.Morfologi Bahasa Indonesia dan Nusantara.Yogyakarta:Gadjah Mada   University Press.

Saya menggunakan informan tambahan/bantuan, data informan tambahan tersebut di bawah ini.
Nama               : Neri Herningsih S.Pd
Umur               : 57 tahun
Jenis kelamin   : Perempuan
Pekerjaan         : PNS

Alamat            : Jl. Perjuangan No. 31 RT. 003 Sempaja Selatan, Samarinda Utara, Kalimantan Timur  75119

Senin, 24 April 2017

Study Tour Makam La Mohang Daeng Makona

LAPORAN PERJALANAN WISATA

TRADISI SASTRA NUSANTARA
Study Tour
CAGAR BUDAYA NASIONAL
MAKAM LA MOHANG DAENG MANGKONA
SAMARINDA SEBERANG

Keindahan Budaya Tercetus oleh Penemuan dan Pelestarian

NAMA            : YUNI SURYANITA
NIM    : 1614015002
PROGRAM STUDI   : SASTRA INDONESIA – A



FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
A.    LATAR BELAKANG
Cagar Budaya Nasional, Makan La Mohang Daeng Mangkona, Samarinda Seberang. Ini bukanlah sekedar makam melainkan juga tercetusnya nama Kota Samarinda di Kalimantan Timur. 

Sejarah Kota Samarinda dari perkampungan kuno hingga menjadi sebuah kota secara administratif dipengaruhi oleh sistem politik pemerintahan Kerajaan Kutai Kartanegara (1300–1844), Kerajaan Banjar (1546–1700), Pemerintah Hindia Belanda (1844–1942 dan 1945–1949), Pemerintah Militer Jepang (1942–1945), dan Pemerintah Republik Indonesia (1950–sekarang).

B.     TUJUAN PERJALANAN WISATA
Tujuan kegiatan study tour dan laporan perjalanan ini adalah:
1.         Menambah wawasan siswa mengenai asal-usul Tradisi Sastra Nusantara khususnya pada Kota Samarinda
2.         Sebagai sarana pengenalan Maha siswa dengan budaya
3.         Memberikan kesempatan pada Mahasiswa untuk belajar secara langsung dengan sumber ajar
4.         Memberikan pengalaman pada Mahasiswa peserta study tour
5.         Rekreasi

C.     WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Kegiatan study tour ini dilaksanakan pada:
Hari, tanggal: Sabtu, 8 April 2017
Lokasi: Jl. Daeng Mangkona, Mesjid, Samarinda Seberang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur     75251
D.    PESERTA KEGIATAN
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh Mahasiswa program studi Sastra Indonesia kelas A dan B beserta satu dosen pembimbing mata kuliah.
E.     BIAYA PERJALANAN WISATA/STUDY TOUR
Biaya dalam melakukan perjalanan wisata study tour
·         Iuran per orang : Rp. 2.000,-

F.      OBJEK YANG DIAMATI
1.      Tempat Tujuan



2.      Makam La Mohang Daeng Mangkona
Gambar di atas merupakan makam yang memiliki Nisan yang lebih besar di antara makam-makam lainnya, dan di duga ini adalah Makam Raja Daeng Mangkona beserta keluarga dekatnya.
3.      Makam

Makam-makam yang berada di luar pondok Makam La Mohang Daeng Mangkona. Yang di duga ini adalah makam-makam Prajurit pada waktu dulu yang di kuburkan seiring waktu.
4.      Miniatur Replika
Gambar di atas adalah Miniatur Replika Kapal Pinisi tanpa Mesin yang di gunakan oleh kelompok La Mohang Daeng Mangkona untuk ke Pulau Kalimantan dari Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan.

G.    RINCIAN PERJALANAN DAN HASIL KEGIATAN
Percayalah kepada kekuasaan Tuhan, karena tidak ada yang bisa menandingi kebesaran-Nya. Kalimat itu sepertinya pas untuk menggambarkan tentang Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Masjid Shirathal Mustaqiem, di Samarinda Seberang yang berkaitan dengan Makan La Mohang Daeng Mangkona.

H.    PENUTUP
Berdasarkan pengalaman yang kami dapatkan dari perjalanan wisata study tour ke Makam La Mohang Daeng Mangkona ini, dapat diambil kesimpulan bahwa Indonesia, khususnya Samarinda, memiliki tempat bersejarah yang masih belum pas jika tidak sampai bertemu dengan narasumbernya secara langsung, dan bertanya tentang pendapat mereka mengenai sejarah itu. Sebab, banyak hal yang belum di ketahui bila kita tidak mencari secara konkret.
Cagar Budaya Nasional, Makan La Mohang Daeng Mangkona, Samarinda Seberang. Ini bukanlah sekedar makam melainkan juga tercetusnya nama Kota Samarinda di Kalimantan Timur.

sumber refrensi
Halham, Johansyah. 2003. Riwayat Samarinda dan Cerita Legenda Kaltim. Samarinda : Biro Humas Pemprov Kalimantan Timur.
Ars, Moh. Nur., Yunus Rasyid dan Hasyim Achmad. 1986. Sejarah Kota Samarinda. Jakarta : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.
Dananjaja, James. 2007. Folklore Indonesia ; Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta : Grafiti
Lubis, A. Hamid Hasan. 1994. Glosarium Bahasa dan Sastra. Bandung : Angkasa Bandung.

Reformasi Puisi 1974 dalam Pengadilan Puisi Indonesia Mutakhir

Judul Buku      : Pengadilan Puisi
Tahun Terbit    : 1986
Nama Pengarang         : Pamusuk Eneste
Nama Penerbit             : PT. Gunung Agung, Jakarta

Sejak tahun 50-an hingga sekarang, agaknya kesusastraan Indonesia modern selalu di warnai perdebatan/polemik yang mengyangkut berbagai hal, dan salah satunya pernah terjadi Pengadilan Puisi Indonesia Mutakhir. Diselenggarakan oleh Yayasan Arena di Aula Universitas Parahyangan Bandung, 8 September 1974. (Pamusuk, 1 : 1986)
Jawaban Pengadilan Puisi, Taufik Ismail. Melalui Sutardji Calzoum Bachri, menerima surat undangan  pada pertengahan bulan agustus dari Ketua Yayasan Arena Djen Amar, S.H., untuk membaca sajak di Kota Bandung. Ia meminta untuk pengunduran waktu, sebab dalam interlokal Sapardi menyebut-nyebut tentang bentuk “pengadilan puisi” tapi tidak jelas bagaimana itu. Djen Amar dan Sanenyo Yuliman menjelaskan kepada saya apa yang dimaksud dengan pengadilan puisi Indonesia Mutakhir, bahwa rupanya kawan-kawan di Bandung ingin mencari suatu bentuk pembicaraan kesusatraan dalam bentuk lain, dalam hal puisi. Bentuk seminar, simposium, diskusi panel yang di anggap majemuk. Sehingga di cari suatu bentuk yang tidak biasa, tapi juga bersungguh-sungguh. Konon gagasan Darmanto, bentuk pengadilan puisi bisa memenuhi persyaratan. Demikianlah puisi Indonesia mutakhir menjadi terdakwa yang di adili.
Slamet Kirnanto rupanya di jadikan Jaksa, majelis hakim dari dua orang rupanya yang di jadikan jaksa yaitu Darmanto Jt. Sejumlah saksi pun sudah di pilih. Saksi-saksi memberatkan: Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM, Sides Sudyarto DS, dan Pamusuk Eneste. Saksi meringankan Saini KM, Wing Kardjo, Adri Darmadji, dan Yudhistira ANM Massardi.
Dalam bahasa tuntutan Slamet Sukirnanto, kehidupan puisi Indonesia akhir-akhir ini (1974), tidak sehat, tidak jelas dan brengsek! Hal itu terjadi karena menurutnya, kritikus seperti H.B. Jassin dan M.S. Hutagalung tidak lagi cemerlang dalam mengapresiasi puisi yang ditulis oleh para penyair yang datang kemudian. Untuk itu Goenawan Mohamad pun dituntut berhenti menulis puisi, karena dinilai tidak berkembang. Demikian juga Rendra dan Sapardi Djoko Damono dituntut sama pula.
Tidak hanya itu. Hakim Sanento Yuliman dan Darmanto Jatman pun menyatakan dalam putusannya bahwa majalah sastra Horison harus menambah kata "baru" pada logo majalah tersebut. Selain itu, para redakturnya dituntut untuk pensiun. Mereka yang dituntut pensiun itu antara lain Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, H.B. Jassin, dan sejumlah tokoh lainnya.

Pengadilan Puisi, pertama-tama, untuk mensahkan hak hidup puisi di Indonesia, sebab pada tahun 1974 muncul era reformasi, yang dimana perlihan zaman penjajahan menjadi zaman yang demokrasi yang menjujung tinggi nilai-nilai dan norma untuk menyejahterahkan rakyat. Sehingga dalam jati diri bangsa perlu ada pemilahan, khususnya dalam kesustraan yang dimana sebagai langkah awal mulainya penyebaran media informasi melalui tulisan, khususnya dalam argumen Puisi itu senndiri. Jadi inilah makna Pengadilan Puisi Indonesia Mutakhir.

Minggu, 09 April 2017

Untuk Kamu


Semakin panjang cerita cinta yang kamu miliki, semakin kuat pula kamu menghadapi kerapuhan cinta yang kamu inginkan. Memang sulit, jika cinta kita t'lah dewasa. Banyak hal yang harus diberikan tempat dan ada pula yang tidak. Menahan diri, bersabar dan tegar menghadapi cinta yang tersisa. Melangkah bersama, mungkin bisa saja. Tapi, akan kah kamu bisa menghadapi kisah hidupku yang lalu dan mempertemukan diriku dengan kedamaian yang baru? Akan kah kau bisa menerima diriku, secara natural?
Aku mencintai mu.

Melayang laiknya kertas tanpa tulisan yang terbang terkena hanyutan udara, melambai pesona binar mentari terbelik di antara dahan Kantil kering. Sahut-menyahut olokan kucing dan anjing yang saling menyalak. Terdengar teriakan cinta dari pasangan muda-mudi di balik semak "aku mencintai mu!", suatu kata yang tak pasti di tafsirkan oleh otak manusia, sebabnya manusia  ini hanyalah kertas tanpa tulisan.

Senandung merdu, jatuh cinta berjuta mimpi, terbuai lembut alunan bibir di balik rembulan dan bintang, hanya mereka yang tahu atau pun semilir awan yang membelenggu langit berperang menatap Cinta.

Aku, hanya wanita, sama seperti wanita lain. Hidup, bernapas dan selalu lapar. Wanita, ingin di puja, di manja, di sayang, dan di cumbu. Wanita, ya aku, aku seorang wanita, yang membutuhkan Laki-laki. Peraduan rindu, ya rindu, rindu untuk bercinta. Memiliki cinta, cinta, cinta yang paling amat terdalam ya cinta.

Waktu, berjalan mengikuti angka, angka terkecil hingga angka terbesar, itu juga yang menyeret rangkaian cerita pendek menjadi novel. Waktu, ya, waktu saja, waktu yang mempertemukan kita pada suatu tempat. Kau mempermainkan aku, atau kah kau yang bermain dengan ku. Otak manusia, memang benar, tidak bisa menafsirkan secara baik-baik kata "aku mencintai mu", sebab manusia adalah kertas tanpa tulisan. Kotor bahkan sobek yang membuat celah menyerupai lobang pada kertasnya.

Aku ingin memperbaiki sendiri sobekan pada kertas itu dengan perekat lalu membersih kan kembali kertas yang kotor dengan cara menyucinya dengan air sabun. Tetapi, bila kertas terkena air akan luyuh dan kertas terkena sabun akan berbercak pada kertasnya. Apa yang harus aku lakukan?, Harus kah aku mengganti kertas itu dengan yang baru?, Apakah aku membiarkan kertas itu, lalu membuangnya?, Atau  kah aku mengubah kertas itu agar tetap berguna....

Terkadang, aku lapuk sama seperti kayu yang lama terendam air berlebihan. Membuat aku tak mampu melakukan apa-apa dan hanya memliki Mimpi. Yang bisa aku lakukan hanya meratap, dan juga merasakan perasaan yang muncul membuatku menangis. Paling tidak aku terombang-ambing bersama air entah kemana aku menuju, tidak ada tujuan.

Bilamana aku menjadi sebuah kertas tanpa tulisan yang kotor, aku ingin seseorang menulis tulisan pada kertas ku dan dapat di baca orang lain. Merasakan hal yang sama, sama seperti kertas tanpa tulisan yang lainnya. berlapis bersama, menumpuk bersama, dan juga tetap bersama. Meski suatu saat, akan terobek atau pun kertas ini tak mampu lagi melawan keseimbangan waktu, menjadi kan kita harus merasakan kehilangan, ya walau aku akan berubah, akan kah kau tetap memilih ku dan bersamaku..

Rabu, 01 Maret 2017

Secarik dari Keluhuran Busana

Secarik Keluhuran dari Busana
Eksotika Batik Kaltim dalam Peragaan Busana
Kreatifitas di atas panggung bukan hanya sekedar menampilkan, melainkan melestarikannya.
Narasi : Pengisahan suatu cerita atau kejadian (deskripsi, kisahan, penceritaan, pemaparan, pembeberan, penjelasan, pengisahan, pemerian, riwayat, tuturan).
Luhur : Tinggi; mulia; pengorbanan jiwa dan raga.
Busana : Pakaian; baju.
Tunabusana : Tidak berpakaian; belum mengenal pakaian
Adibusana : Busana wanita yang eksklusif dan cenderung yang sedang tren.
Ekspresif : tepat (mampu) memberikan (mengungkapkan), gambaran, maksud, gagasan, perasaan.
Ekspresi : proses pengungkapan perasaan.
Eksotis : Abnormal; aneh; ajaib; asing; eksentrik; ganjil; istimewa; jarang; unik.
Eksotis : Memiliki daya tarik.


FASHION SHOW BATIK KALTIM POLNES FESTIVAL KOTA SAMARINDA 2015

Lenggak-lenggok di atas panggung, seraya mengacak pinggang kiri-kanan nang kaya Miss Universe bujuran. Sambil menghayati dinamika dan irama cepat dan lambat menghambur langkah-langah kaki di atas alas tungkai kaki setinggi lima belas senti meter. Mencari sela-sela pose untuk berhenti di antara hiruk-pikuk lagu nang kaya memang di ikuti oleh nada. Mengayun-ayunkan pergelangan tangan sampai terputar-putar lalu melentik-lentikan jari-jari bak lengan Enggang yang menari-nari di atas pohon tinggi. “tok..tok..tok,tak” beginilah suara-suara yang berdenting dari alas tungkai kaki itu. Tak heran, terbayang nang kaya Model di atas panggung acara modelling  bujuran. Sahut-menyahut tepuk tangan dan teriakan-teriakan nang kaya anak-anak hewan mamalia meminta makanannya yang sudah kelaparan. Dan saat itulah, tangan kecil membentangkan kain-kain yang berisi Keluhuran Busana Batik Kaltim, yang memang handak sengaja diberi saat riuh kemeriahan sahutan tersebut.

Adegan di atas adalah salah satu pengalaman ekspresif saya pada masa-masa sekolah yang sedang mengikuti perlombaan secara inisiatif pribadi sendiri. Ini terjadi pada tahun 2015 silam, hal ini tanpa disengaja, tetapi memang pikiran yang berseloroh untuk berminat menikmati dunia Fashion Show Remaja.

Badan kaku dan kurus, wajah berjerawat akibat tidak dirawat, tetapi tidak menutupi rasa tekad ingin menjadi model nang kaya di TV-TV (televison), inilah pikiran pertama yang muncul pada saat mengikuti les model. Kita tinggal mengikuti saja apa yang di perintahkan pada setiap perlombaan, uranghanyar (baru) memang sulit tetapi siapa yang dapat menduga keberuntungan dapat terjadi pada siapa dan dimana saja, dan asalkan ada dananya yang berkontribusi juga. Dan inilah salah satu rubrik prestasi dalam dunia Peragaan busana yang di perankan oleh saya sendiri ;

1.       20 BESAR EXPRESI LOOK 3 KALTIMPOST SAMARINDA 2014;
2.       JUARA 3 FASHION SHOW COCKTAIL LOLLIPOP DIVA AGENCY KOTA SAMARINDA 2015;
3.       THE BEST COSTUM MISS HELLO KITTY ICHA PRODUCTION KOTA SAMARINDA 2015;
4.       JUARA 2 FASHION SHOW COBOY KOTA SAMARINDA 2015;
5.       JUARA 3 MISS SOPHIE MARTIN BC YUNI AULIYA KOTA SAMARINDA 2015;
6.       JUARA 1 FASHION SHOW BATIK KALTIM POLNES FESTIVAL KOTA SAMARINDA 2015;

Inilah salah-satu prestasi saya, bukannya ulun hendak pamer, tapi julak baca baik-baik apa saja kategori yang saya menangkan. Ya itulah, sebagian besar saya memiliki kemenangan pada kategori busana casual dan trendy modern, menurut saya ini amat sangat di sayangkan, di karenakan di usia yang tidak lagi remaja, saya merasa sedih dengan Trend  Fashion Mode di Indonesia masa kini tentunya. Sebenarnya sih bagus, memiliki kretifitas unik-unik. Tetapi apa daya bila kita tidak melestarikan Busana Keluhuran kita, agar bisa menjaga, merawat bentuk, melestarikannya juga, serta membuat kreatifitas terbaru dalam proses pembuatan motif batik serta mode busananya.

Batik, tidak hanya sekedar batik yang terdapat di atas kain polos. Batik adalah kain yang bergambar yang pembuatanya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya di proses dengan cara tertentu. Batik dengan arti tesaurus yakni, menggambar; membatik.

Kita memang  memiliki kreatifitas tidak terbatas yang di luncurkan oleh Ide (brain) manusia itu sendiri. Tetapi bila kita tidak dapat mengolahnya dengan cermat, akan mengakibatkan penyalah gunaan dan tidak tepat guna, sehingga membuat kesenangan semata. Inilah Pesona Batik Kaltim mulai kendur dalam Tren Busana Modern, kurangnya kreatifitas pengembangan yang menarik, sehingga model-model Batik Kaltim terlihat amat membosankan akibat kalah saing dengan tren-tren yang kebut-kebutan.

Semua wanita, tidak ada yang tidak ingin cantik. Semua wanita pasti ingin di puji-puji atau perlu di sembah-sembah sebagai wanita paling cantik. Tetapi, sayangnya dunia salah kaprah menanggapi arti cantik itu sendiri. Termasuk saya, tetapi setelah menyadarinya cantik itu bukan dari hanya fisik melainkan jiwa dan raga. Dimana tidak hanya tubuh yang sehat tetapi juga jiwa yang sehat yang mampu menyalurkan rasa empati dan simpati, khususnya pada hal ini, dalam masalah Peragan Busana Mode Pelestarian Batik Kaltim.

Tak heran, kebanyakan orang mengangap Busana Traditional di anggap kuno. Hal ini akibat dari pemikiran sempit manusia. Selayaknya kita hidup diatas  tanah Bhineka Tunggal Ika, keberagaman dan kebudayaan bukan berarti kita menjadi warga mejemuk. Melainkan kita saling mengisi menjadi integritas yang layak di lestarikan bagi anak-anak penerus bangsa. Bukan mencapur-aduk budaya dan keberagaman melainkan kita melestarikan dan menghargai hal yang sudah ada dengan cara kita menggunakannya.

Inilah Eksistensialisme, di mana manusia memiliki keberadaan yang di nilai oleh masyarakat sekitarnya, sehingga itulah, secara tidak sadar manusia mengikuti arus gelombang Era Globalisasi dan meninggalkan tempat asalnya karena sudah ada mobilitas yang lebih praktis (Ali, 363:2015). Boleh saja kita mengikut tren terbaru, agar tidak ketinggalan zaman, tetapi sebagai Masyarakat Kebudayaan, “kitalah yang membuat hal yang sederhana mampu menjadi lebih mewah”.  Slogan ini yang saya gunakan pada saat saya menjadi kandidat pemilihan ketua Teater Mahib’e, Fakultas Ilmu Budaya-Universitas Mulawarman 2017. Hal ini bukan hanya sekedar kata-kata biasa, tetapi saya ingin menanamkan budaya hal yang tak di sangka akan menjadi sebuah kenyataan, tetapi dengan syarat juga, yakni Tindakan.
Peragaan Busana yang mengangkat Tema Culture Of Indonesia, Tenggarong.

Dengan judul artikel yang saya tulis, “Secarik Keluhuran dari Busana, Eksotika Batik Kaltim dalam Peragaan Busana. Kreatifitas di atas panggung bukan hanya sekedar menampilkan, melainkan melestarikannya”. Saya ingin kawan-kawan semua dan berbagai kalangan usia, bahwa busana itu tidak hanya sekedar pakaian, tetapi memilki moralitas yang berbudaya, tetapi jika kita menaruhnya di dalam busana tersebut, bila kita tidak memberikan apa-apa, busana tersebut hanya sebatas busana biasa, bukan lagi Keluhuran Busana yang bernilai.

Siapa lagi yang akan bertindak selain anak-anak penerus bangsa yang menciptakan kondisi lingkungan. Dan salah satu slogan yang saya gemari, yakni “Aku telah memberikan semuanya padamu, tetapi apa yang akan kau berikan padaku”.  Ayolah kawan, hanya sebatas artikel ini aku menyemangatkanmu, tapi apakah kamu bisa menyemangatkan aku dengan tindakkanmu..

Sumber refrensi :

Asito Wojow S., 1999, kamus bahasa indonesia, Malang : C.V. Pengarang.
Wellek, Rene., Warren, Austin, 2014, teori kesusastraan, Jakarta : Gramedia Pustaka.
Maksum, Ali., 2015, Pengantar Filsafat, Depok: AR. RUZZ-MEDIA.
Priyadi, Sugeng., 2012, Sejarah Lokal: konsep, metode dan tantangannya, Yogyakarta : Penerbit Ombak
Baribin, Raminah,. 1989, Kritik dan penilaian Sastra, Semarang : IKIP Semarang Press.