Minggu, 09 April 2017

Untuk Kamu


Semakin panjang cerita cinta yang kamu miliki, semakin kuat pula kamu menghadapi kerapuhan cinta yang kamu inginkan. Memang sulit, jika cinta kita t'lah dewasa. Banyak hal yang harus diberikan tempat dan ada pula yang tidak. Menahan diri, bersabar dan tegar menghadapi cinta yang tersisa. Melangkah bersama, mungkin bisa saja. Tapi, akan kah kamu bisa menghadapi kisah hidupku yang lalu dan mempertemukan diriku dengan kedamaian yang baru? Akan kah kau bisa menerima diriku, secara natural?
Aku mencintai mu.

Melayang laiknya kertas tanpa tulisan yang terbang terkena hanyutan udara, melambai pesona binar mentari terbelik di antara dahan Kantil kering. Sahut-menyahut olokan kucing dan anjing yang saling menyalak. Terdengar teriakan cinta dari pasangan muda-mudi di balik semak "aku mencintai mu!", suatu kata yang tak pasti di tafsirkan oleh otak manusia, sebabnya manusia  ini hanyalah kertas tanpa tulisan.

Senandung merdu, jatuh cinta berjuta mimpi, terbuai lembut alunan bibir di balik rembulan dan bintang, hanya mereka yang tahu atau pun semilir awan yang membelenggu langit berperang menatap Cinta.

Aku, hanya wanita, sama seperti wanita lain. Hidup, bernapas dan selalu lapar. Wanita, ingin di puja, di manja, di sayang, dan di cumbu. Wanita, ya aku, aku seorang wanita, yang membutuhkan Laki-laki. Peraduan rindu, ya rindu, rindu untuk bercinta. Memiliki cinta, cinta, cinta yang paling amat terdalam ya cinta.

Waktu, berjalan mengikuti angka, angka terkecil hingga angka terbesar, itu juga yang menyeret rangkaian cerita pendek menjadi novel. Waktu, ya, waktu saja, waktu yang mempertemukan kita pada suatu tempat. Kau mempermainkan aku, atau kah kau yang bermain dengan ku. Otak manusia, memang benar, tidak bisa menafsirkan secara baik-baik kata "aku mencintai mu", sebab manusia adalah kertas tanpa tulisan. Kotor bahkan sobek yang membuat celah menyerupai lobang pada kertasnya.

Aku ingin memperbaiki sendiri sobekan pada kertas itu dengan perekat lalu membersih kan kembali kertas yang kotor dengan cara menyucinya dengan air sabun. Tetapi, bila kertas terkena air akan luyuh dan kertas terkena sabun akan berbercak pada kertasnya. Apa yang harus aku lakukan?, Harus kah aku mengganti kertas itu dengan yang baru?, Apakah aku membiarkan kertas itu, lalu membuangnya?, Atau  kah aku mengubah kertas itu agar tetap berguna....

Terkadang, aku lapuk sama seperti kayu yang lama terendam air berlebihan. Membuat aku tak mampu melakukan apa-apa dan hanya memliki Mimpi. Yang bisa aku lakukan hanya meratap, dan juga merasakan perasaan yang muncul membuatku menangis. Paling tidak aku terombang-ambing bersama air entah kemana aku menuju, tidak ada tujuan.

Bilamana aku menjadi sebuah kertas tanpa tulisan yang kotor, aku ingin seseorang menulis tulisan pada kertas ku dan dapat di baca orang lain. Merasakan hal yang sama, sama seperti kertas tanpa tulisan yang lainnya. berlapis bersama, menumpuk bersama, dan juga tetap bersama. Meski suatu saat, akan terobek atau pun kertas ini tak mampu lagi melawan keseimbangan waktu, menjadi kan kita harus merasakan kehilangan, ya walau aku akan berubah, akan kah kau tetap memilih ku dan bersamaku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar